Filename | ILUSI |
Permission | DienarRobusta |
Author | enterdie |
Date and Time | Sunday, March 20, 2011 |
Label | Dongeng| Kehidupan| Note |
Action |
Saya tak yakin, saya hanya pura-pura yakin
Saya tak mendengar, saya hanya pura-pura mendengar
Saya tak bicara, saya hanya pura-pura berbicara
Hati ini perih sebenarnya
tapi tak ada jalan lain
aku tak pernah boleh lemah juga lelah,
akupun tak pernah boleh takluk
hanya dengan itu aku bisa bertahan hidup
tapi...
selalu kegaduhan ini tetap saja terasa sepi
disini tak ada yang terlalu perduli
hanya ada tawa yang mabuk
hanya ada mabuk yang limbung
hanya ada limbung yang lupa
hanya ada lupa yang sejenak membuatku bahagia
tapi...
bagiku lupa tetaplah nestapa
bahkan ketika pengaruh alkohol menguasai rohku
Kenyataan yang menyakitkan memang
kisah tentang kehidupan tak selalu tampak sempurna pada tiap sudut pandang manusia
Bahkan bait-bait kehidupanku mungkin selalu terpenggal sekedar pengganjal daun pintu dunia peradaban
tapi mengapa juga aku harus memaki mereka yang berteriak dalam lara tak di perdulikan
padahal letih raga mencari serpihan hati nurani yang masih mampu memahami getirnya teraniaya
kesombongan macam apa yang aku pertunjukkan..
begitu aib air mataku ini jika aku alirkan
karena..
angin selalu ingin
membatin juga berkabar
saling salami suar lilin
: bermain, juga kelakar
namun badai yang kisar
tiada bermungkin :
menyentuh sinar
dan pijar
dan denyar
Ku telusuri kembali bayang-bayang jejak sepi di sebalik jendela beranda waktu kecilkuyang masih saja enggan ku tutup dari kenangan.
Masih sama ternyata..
Rupa kesedihan yang dulu coba ku tanam di tanah peradaban.
Hanya sekilas menghilang tersapu senyuman sang waktu.
Padahal seharusnya aku sadar..
Aku sebenarnya terlalu angkuh untuk mengakui bahwa aku takut untuk di tinggalkan dalam kesedihan.
Karena aku ternyata tak setangguh karang yang sanggup menentang ombak di tepian samudera
seperti kata nenekku
Jiwaku ternyata kerdil..
Membuatku tak mampu lagi melukis sketsa bahagia seperti dulu.
Padahal aku tahu pigura itu memiliki kanvas tak berpenghuni.
Aku selalu berteriak hanya untuk menyapa senja.
Padahal aku hanya takut akan sepi gelap yang menghiasi mimpi di tiap malamku
Akhirnya itu hanya membuatku berani menelusuri kembali bayang-bayang jejak sepi di balik jendela beranda waktu.
Sama seperti dulu..
Saat berulangkali bahagia meninggalkanku dalam tanya yang tak pernah terselesaikan
entah sampai kapan
Puncak, March, 21, 2011 ..02:30AM
0 komentar:
Post a Comment